Pemimpin “Wasantara” dapat Membangun Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih dan Terpercaya

Pendahuluan. Isu mengenai krisis kepemimpinan bukan hanya di Indonesia namun isu tersebut telah mendunia. Seperti halnya USA dan China, dua negara besar ini cukup mempengaruhi Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang juga memiliki SKA tinggi di dunia. Terlebih lagi berkenaan setelah memenangkan pemilu. Hal itu disebabkan semakin tingginya populasi masyarakat menyebabkan mereka harus memperluas ruang dalam segala gerak kehidupannya. Belum lagi mengenai isu pemberitaan bahwasanya Trump yang memusatkan perhatian perusahaan, khususnya produsen mobil, bahwa ia akan menerapkan tarif sekitar 35% untuk barang-barang yang diproduksi di Meksiko. Pada dasarnya tujuan atas kebijakan tersebut adalah untuk menciptakan lapangan kerja di USA, dan menutup defisit perdagangan, serta memperoleh ‘kesepakatan menguntungkan’ bagi rakyat Amerika. Bahkan Negara China, selalu dibidik, bukan hanya dalam masalah perdagangannya saja [1]. Tentu saja apapun keputusan politik dua negara adidaya tersebut akan mempengaruhi keputusan ekonomi dan politik negara didunia, khususnya Indonesia. Hal itu adalah sangat berpengaruh dimana Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran PDB yaitu pada posisi kedua, di bawah USA dengan 11,212 triliun dollar AS. Yang pada gilirannya diprediksikan bahwa pada tahun 2050, Economist Intelligence unit memprediksi China akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.

Isu dan potensi akan hal tersebut tentu saja menyebabkan bahwa di Indonesia harus mendapatkan calon pemimpin melalui pemilu yang demokratis dengan memperhatikan bahwa SKA yang dimiliki adalah merupakan permasalahan juga yang harus diterapkan kepada masyarakat. Untuk itu, isu kepemimpinan di Indonesia saat ini adalah dengan mencari pemimpin masa depan dalam menjalankan dan mencapai cita-cita serta tujuan nasional yang telah diamanahkan dalam alinea 2 pembukaan UUD 1945 sebagai negara yang bersatu berdaulat adil dan makmur. Wilayah yang besar, dan banyaknya uji coba peraturan dalam berdemokrasi di Indonesia, pada akhirnya membentuk pola pikir dan alur pikir masyarakat mencari figur yang disukai masyarakat, bukan hanya sebagai figur tetapi merupakan pembawa jalan kepada kesejaheraan. Untuk itulah maka figur pemimpin yang berkarakter seperti bagaiana yang tepat memimpin negeri ini.

Pembangunan Nasional yang dipengaruhi oleh fenomena global, menyebabkan perlunya mencari figur yang agamis, nasionalis dan memahami makna wasantara dengan segala kelebihan serta kekurangannya sehigga membawa kepada kemandirian nasional yang dapat mensejahterakan kehidupan bagsa dengan tetap berdaulat adil dan makmur. Sementara itu, acuan beberapa teori kepemimpinan dalam kajian barat yang belum tepat digunakan di Indonesia, dimana local wisdom merupakansalah satu pegangan keutuhan Negara yang menyatukan dan terpelihara hingga saat ini. Berkenaan dengan Isu Judul maka NKRI memerlukan figur pemimpin yang negarawan, visioner dan menguasai wasantara sebagai ciri karakter bangsa yang kuat. Sesungguhnya kompetensi inilah yang saat ini dan ke depan dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, agar mampu mengelola kehidupan NKRI yang memiliki ketegasan, disiplin dan berwibawa dalam menjalankan tata kelola pemerintahannya sehingga bersih dari singgungan isu-isu permasalahan dalam kebijakan yang telah diambilnya, walaupun ramai kajian berkenaan dengan hiruk pikuk persaingan antar bangsa-bangsa di dunia. Indikator Penilaian yang tepat ditengah permasalahan bangsa, dimana Pancasila diuji kekuatannya dalam mempersatukan keberagaman yang dikenal sebagai Konsep Bhineka Tunggal Ika. Maka figur tepat Pemimpin Wasantara adalah pemimpin wasantara. Pemimpin Wasantara dimaksud adalah Pemimpin yang memahami secara utuh mengenai konsep PBNU dan membawanya sebagai kekuatan lokal yang mendunia dengan memanfaatkan seluruh potensi SKA, Demografi, Geografi, Geostrategik dan Geopolitik yang mengedepankan konsep bersatu berdaulat adil dan makmur untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dimana masyarakat menempatkan penilaian bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada sifat pemimpinnya.

Dengan memperhatikan bahwa SKA yang dimiliki adalah merupakan permasalahan juga yang harus diterapkan kepada masyarakat. Untuk itu, isu kepemimpinan di Indonesia saat ini adalah dengan mencari pemimpin masa depan dalam menjalankan dan mencapai cita-cita serta tujuan nasional yang telah diamanahkan dalam alinea 2 pembukaan UUD 1945 sebagai negara yang bersatu berdaulat adil dan makmur. Wilayah yang besar, dan banyaknya uji coba peraturan dalam berdemokrasi di Indonesia, pada akhirnya membentuk pola pikir dan alur pikir masyarakat mencari figur yang disukai masyarakat, bukan hanya sebagai figure tetapi merupakan pembawa jalan kepada kesejaheraan. Untuk itulah maka figur pemimpin yang berkarakter seperti bagaiana yang tepat memimpin negeri ini. Pembangunan Nasional yang dipengaruhi oleh fenomena global, menyebabkan perlunya mencari figur yang agamis, nasionalis dan memahami makna wasantara dengan segala kelebihan serta kekurangannya sehigga membawa kepada kemandirian nasional yang dapat mensejahterakan kehidupan bagsa dengan tetap berdaulat adil dan makmur.

Sementara itu, acuan beberapa teori kepemimpinan dalam kajian barat yang belum tepat digunakan di Indonesia, dimana local wisdom merupakansalah satu pegangan keutuhan Negara yang menyatukan dan terpelihara hingga saat ini. Berkenaan dengan Isu Judul maka NKRI memerlukan figur pemimpin yang negarawan, visioner dan menguasai wasantara sebagai ciri karakter bangsa yang kuat. Sesungguhnya kompetensi inilah yang saat ini dan ke depan dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, agar mampu mengelola kehidupan NKRI yang memiliki ketegasan, disiplin dan berwibawa dalam menjalankan tata kelola pemerintahannya sehingga bersih dari singgungan isu-isu permasalahan dalam kebijakan yang telah diambilnya, walaupun ramai kajian berkenaan dengan hiruk pikuk persaingan antar bangsa-bangsa di dunia. Indikator Penilaian yang tepat ditengah permasalahan bangsa, dimana Pancasila diuji kekuatannya dalam mempersatukan keberagaman yang dikenal sebagai Konsep Bhineka Tunggal Ika. Maka figur tepat Pemimpin Wasantara adalah pemimpin wasantara. Pemimpin Wasantara dimaksud adalah Pemimpin yang memahami secara utuh mengenai konsep PBNU dan membawanya sebagai kekuatan lokal yang mendunia dengan memanfaatkan seluruh potensi SKA, Demografi, Geografi, Geostrategik dan Geopolitik yang mengedepankan konsep bersatu berdaulat adil dan makmur untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dimana masyarakat menempatkan penilaian bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada sifat pemimpinnya.

Pembahasan. Pada tatanan teknis mencari figur pemimpin nasional saat ini akan menjadi sulit ketika belum ada indikator capaian yang ditetapkan oleh pemerintah secara absolut. Partai sebagai kendaraan politik dengan cost yang cukup tinggi dapat menjadikan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan dan berpikir kepada kepentingan partai yang mengusungya. Dalam sisi lain diujikan mengenai calon independen juga dapat dipengaruhi oleh kepentingan donator yang mendanai atau cakupan pendukung yang ada melalui organisasi kemasyarakatan yang ada.

Untuk itu, sulitnya NKRI mencari figur Pemimpin Nasional dan mudahnya masyarakat terkena pengaruh dunia luar saat ini, dimana globalisasi dan kecenderungan sikap ideologi Pancasila sebagai Ideologi nasional yang belum tuntas dimengerti ketika berkurangnya pemahaman akan ideologi bangsa ketika BP7 dihapuskan juga mempengaruhi wawasan berpikir masyarakat [3]. Maka sebagai anak bangsa kiranya perlu memikirkan pola penilaian kepemimpinan masa depan. NKRI sebagai negara kepulauan dan kemajemukan masyarakatnya harus memperoleh konsep penilaian cepat tanggap atas rekayasa sosial dalam mencari figur Pemimpin bangsa. Salah satu yang digulirkan adalah mengacu kepemimpinan adalah konsep E-leadership. Konsep E-leadership adalah proses pengaruh sosial, dimediasi oleh teknologi, untuk menghasilkan perubahan dalam sikap, perasaan, pemikiran, perilaku, dan kinerja dengan individu, kelompok, atau organisasi untuk mengarahkan mereka mencapai tujuan tertentu (Avolio et al. 2014). Untuk itu apabila calon pemimpin sebagaimana dicirikan telah memenuhi unsur penilaian sebagaimana kajian konsep dalam Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (IKNI) sebagaimana digagas oleh (Lemhannas RI, 2009) selayaknya dapat diteruskan untuk dijadikan E-Leadership salah satu indikator calon kepemimpinan nasional.

Sebenarnya dalam konsep kajian agama Islam juga telah disarikan ciri pemimpin yang tepat yaitu mencontohkan Nabi Muhammad S.A.W yakni fatonah, tabligh,amanah dan sidik. Fatonah bermakna cerdas, mampu memecahkan permasalahan dengan tepat, benar dan baik, tabligh berarti jujur, tidak menambah dan mengurangi terhadap misi atau hal-ihwal yang harus disampaikan, amanah berarti baik hati dalam melayani, bersikap jujur dan obyektif,  dan sidik berkata dengan benar, dengan tepat membedakan yang benar dan yang salah. Sifat-sifat tersebut dikerucutkan oleh masyarakat jawa dengan melalui sifat-sifat yaitu pada benda-benda alam semesta, yang ada yaitu surya (matahari), candra (bulan), karateka (bintang), mega (awan), Pawana (angina), dahana (api), bantala (bumi), samudra (laut). Yang disederhanakan maknanya yaitu bahwasanya seorang pimimpin harus dapat ngayomi atau melindungi rakyatnya, sehingga rakyat akan merasa aman, dan tenteram, tidak ada rasa takut dalam melaksanakan kegiatan apapun, ngayemi atau menimbulkan rasa senang dan damai, dan ngayani yakni memberikan kesejahteraan pada rakyatnya. Sehingga kebahagiaan rakyat  akan terwujud.

Bila mengacu pada teori yang ada, maka sebetulnya Indonesia telah memiliki pola penilaian tersendiri dan berbeda dibandingkan dengan dunia barat. Pengaruh internasionalisasi justru tidaklah ditelan secara bulat dalam mengembangkan konsepsi kebangsaan yang ada di Indonesia. Dimana rumusan-rumusan atas beberapa teori memunculkan bahwa kepemimpinan adalah penerapan pengaruh yang dilakukan oleh si pemimpin kepada orang yang dipimpinnya untuk mencapai suatu tujuan. Adapun dalam penerapannya dipengaruhi dalam tujuan merubah sikap dan perilaku orang memerlukan pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu jiwa.

Padahal, dalam pidato Bung Karno sebagai pendiri bangsa dijelaskan bahwa syarat bagi seorang pemimpin. Syarat dimaksud adalah (a) bahwasanya pemimpin harus mampu menyampaikan iming-iming, idaman terhadap hal ihwal yang ingin dicapai dengan kepemimpinannya (dimana dalam konsep Islam adalah kehidupan sorgawi yang digambarkan dengan nikmat luar biasa), (b) menimbulkan rasa mampu pada yang dipimpin untuk mencapai cita-cita tersebut, dan (c) membentuk kekuatan yang nyata untuk mencapai cita-cita dimaksud [4]. Untuk itu dalam mencapai tata kelola yang bersih dan berwibawa maka kemampuan pemimpin yaitu mengupayakan agar impian itu dapat iwujudkan secara nyata dan rakyat memiliki kemampuan nyata dalam mencapainya. Hanya dengan cara inilah maka kepercayaan akan timbul dan segala keinginan pemimpinan akan dilaksanakan.

Penutup. Dalam mencapai hal menjadi pemimpin wasantara dapat meningkatkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi rakyatnya dalam memahami, menyadari sehingga dapat bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengantisipasi perubahan dalam mencapai tujuan hidupnya untuk tujuan nasional. Jika masyarakat memerlukan contoh nyata, maka mereka harus dimotivasi melalui contoh nyata diri pimpinan nasional yang akan menjadi suri tauladan dan panduan bagi masyarakatnya. Sebagaimana jika masyarakat masih pada garis kemiskinan selayaknya pemimpin nasional mencoba untuk turun dalam aktivitas kesehariannya sehingga mereka tidak menjadi materialistik, individualistik, konsumeristik, dan hedonistik sebagaimana pesan Ki Hajar Dewantara yang memberikan petunjuk “Ing ngarso asung tulada,” yang artinya seorang pemimpin yang selalu berdiri di depan harus memberikan contoh dan tauladan, dengan berpegang pada adagium “self-lessness.”


[1]      https://lppkb.wordpress.com/2011/06/22/peran-kepemimpinan-sebagai-motor, diakses tanggal 10 Agustus 2017 Pukul 21:59

[2]    Diskusi Panel BS Kewaspadaan Nasional dengan topik “Penguatan Rasa Nasionalisme menghadapi maraknya Intoleransi”

[3]   http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38648104, diakses tanggal 10 Agustus 2017 Pukul 21:59

BSI Geopolitik dan Wawasan Nusantara ISBN 978-602-14873-5-8, cetakan kedua tahun 2017

BSI Geostrategi dan Ketahanan Nasional ISBN 978-602-14873-6-5, cetakan kedua tahun 2017

BSI IPTEK ISBN 978-602-6662-03-3, cetakan pertama tahun 2017

BS Lingkungan Strategis, , ISBN : 978-602-6662-04-0, cetakan pertama tahun 2017

BSI Sosial Budaya ISBN 978-602-6662-07-1, cetakan pertama tahun 2017

BSI Sosial Budaya ISBN 978-602-73965-9-3, cetakan pertama tahun 2017

BSI Sosial Budaya, ISBN : 978-602-73965-7-9, cetakan pertama tahun 2017

BSI TANNAS, ISBN : 978-602-14873-6-5, cetakan kedua tahun 2017

Diskusi Panel BS Kepemimpinan dengan topik “Penguatan Peran Pemimpin Nasional dalam Mencegah Berkembang-nya Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa”

Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (Konsep dan Implementasi), Lemhannas RI, ISBN : 978-979-97677-4-5, Februari 2009

Term of Reference (ToR) untuk peserta dalam kegiatan Penyusunan Esai Bidang Kepemimpinan Nasional PPSA-XXI Tahun 2017 Nomor: LP/061/VII/2017/ Debiddikpimtknas


Share this post